"Di sini kita bicara cinta yang terlarang, kita bukan mencoba membicarakan soal perbedaan agama. Setelah kita pertimbangkan, bukan larangannya tapi yang kita ambil adalah perjuangan untuk mempertahankan cinta tersebut. Di masyarakat modern kita sering menemukan ilustrasi cinta yang terlarang, dan di film LOVE STORY semua menyadari kalau cinta layak untuk diperjuangkan," tutur Chand.
Ditemui saat preskon LOVE STORY di Planet Hollywood, Jakarta Selatan, Selasa (18/1),Chand juga menjelaskan bahwa film ini bertujuan untuk menumbuhkan lagi rasa cinta, bercerita tentang sebuah perjuangan cinta yang benar-benar layak untuk ditonton. "Dengan trilogi, kita merasa bahwa cinta itu sesuatu yang ajaib, cinta dengan persepsi berbeda. Dari film pertama (HEART), LOVE IS CINTA, dan sekarang," ujarnya.
Ditambahkan Hanny R Saputra selaku sutradara, film ini menghadirkan cinta dengan larangan adat. Ia ingin menonjolkan sisi keajaiban cinta yang dianggapnya sebagai energi yang diberikan Tuhan.
"Cerita ini berangkat dari fenomena sekarang di mana globalisasi sangat cepat dan era informasi. Sebenarnya kita ada di persimpangan, di mana sebagian orang masih berpegang tengah dengan adatnya, dan sebagiannya sudah berangkat ke modern," jelasHanny.
Dalam film ini juga, lanjut Hanny, dirinya ingin mencoba mengadakan dialog untuk berpikir secara terbuka, di mana dimasukkan unsur cinta. "Pada dasarnya saya memasukkan simbol di mana pada saat memasuki daerah tertentu dengan keyakinan tertentu. Saya bercerita tentang setting tradisinya, setting ceritanya," pungkasHanny. (kpl/ato/boo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar